Artikel

PEMANFAATAN APLIKASI GOOGLE EARTH ENGINE (GEE) DALAM PENGINDRAAN JAUH

I.   GAMBARAN UMUM

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terletak pada 104050’ sampai 109030’ Bujur Timur dan 0050’ sampai 4010’ Lintang Selatan. Berdasarkan posisi geografis, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki batas-batas wilayah:

  1. Sebelah Barat   : Selat Bangka
  2. Sebelah Timur : Selat Karimata
  3. Sebelah Utara : Laut Natuna
  4. Sebelah Selatan : Laut Jawa

Total luas wilayah daratan dan wilayah laut Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 81.725,23 km2. Luas daratan lebih kurang 16.424,23 km2 atau 20,10 persen dari total wilayah dan luas laut kurang lebih 65.301 km2 atau 79,90 persen dari total wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Keadaan alam Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan. Ketinggian dataran rendah rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut dan ketinggian daerah pegunungan antara lain untuk Gunung Maras mencapai 699 meter, Gunung Tajam ketinggian kurang lebih 500 meter di atas permukaan laut. Untuk daerah perbukitan seperti Bukit Menumbing ketinggian mencapai kurang lebih 445 meter dan Bukit Mangkol  dengan  ketinggian  sekitar 395  meter di atas permukaan  laut.

Keadaan tanah Kepulauan Bangka Belitung secara umum  mempunyai PH atau reaksi tanah yang asam rata-rata di bawah 5, akan tetapi memiliki kandungan aluminium yang sangat tinggi. Di dalamnya mengandung banyak mineral biji timah dan bahan galian  berupa  pasir, pasir  kuarsa, batu  granit,  kaolin,  tanah  liat.

 

II.   LANDASAN TEORI

Citra menyajikan gambaran lengkap yang mirip ujud dan letak sebenarnya. Kemiripan ujud ini memudahkan pengenalannya pada citra, sedang kelengkapan gambarannya memungkinkan penggunaannya oleh beragam pakar untuk beragam keperluan. Meskipun demikian, masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil interpretasi dan untuk menambah data yang diperlukan, tetapi tidak diperoleh dari citra. Data ini disebut data acuan yang dapat berupa pustaka, pengkuran, analisis laboratorium, peta, kerja lapangan, foto terrestrial maupun foto udara selain citra yang digunakan. Data acuan dapat berupa tabel statistik tentang meteorologi atau tentang penggunaan lahan yang dikumpulkan oleh perorangan maupun oleh instansi pemerintah. Penggunaan data acuan yang ada akan meningkatkan ketelitian hasil interpretasi yang akan memperjelas lingkup, tujuan, dan masalah sehubungan dengan proyek tertentu.

Dalam metode penginderaan jauh menurut Roscoe (1960) dalam Sutanto (1992),  terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu :

1.   Menurut Sutanto (1992:87-92) menyatakan dalam tahap persiapan metode penginderaan jauh ada empat, yakni sebagai berikut:

  • Menyiapkan data acuan, data acuan adalah data yang bukan berasal dari penginderaan jauh, akan tetapi data tersebut diperlukan dalam interpretasi citra.
  • Menyiapkan data penginderaan jauh, Data pengideraan jauh adalah hasil perekaman obyek dengan menggunakan sensor buatan.
  • Menyiapkan mosaik, mosaik foto adalah serangkaian foto daerah tertentu yang disusun menjadi satu lembar foto.
  • Orientasi medan, pekerjaan ini dilakukan dengan membawa foto ke medan. wujud yang digambarkan foto dicocokkan dengan wujud sebenarnya di medan/lapangan.

Langkah-langkah umum yang dilakukan untuk memperoleh data penginderaan jauh agar dapat dimanfaatkan oleh berbagai bidang adalah :

1.   Deteksi

     Pada tahap ini dilakukan kegiatan mendeteksi obyek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit

2.   Identifikasi

     Mengidentifikai obyek berdasarkan ciri-ciri spektral, spasial dan temporal.

3.   Pengenalan

     Pengenalan obyek yang dilakukan dengan tujuan untuk mengklasifikasikan obyek yang tampak pada citra berdasarkan pengetahuan tertentu

4.   Analisis

     Analisis bertujuan untuk mengelompokkan obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama

5.   Deduksi

     Merupakan kegiatan pemrosesan citra berdasarkan obyek yang terdapat pada citra ke arah yang lebih khusus.

6.   Klasifikasi

     Meliputi deskripsi dan pembatasan (deliniasi) dari obyek yang terdapat pada citra

7.   Idealisasi

     Penyajian data hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.

 

Unsur interpretasi citra terdiri atas sembilan unsur, yaitu rona atau warna,ukuran, bentuk, tekstur, pola, tinggi, bayangan, situs, dan asosiasi.

a. Rona dan warna (tone/color)

Rona ialah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Adapun warna adalah wujud yang tampak oleh mata. Rona ditunjukkan dengan gelap – putih. Ada tingkat kegelapan warna biru, hijau,merah,kuning dan jingga.Rona dibedakan atas lima tingkat, yaitu putih, kelabu putih,kelabu, kelabu hitam, dan hitam. Karakteristik objek yang mempengaruhi rona, permukaan yang kasar cenderung menimbulkan rona yang gelap, warna objek yang gelap cenderung menimbulkan rona yang gelap, objek yang basah/lembap cenderung menimbulkan rona gelap. Contoh pada foto pankromatik air akan tampak gelap, atap seng dan asbes yang masih baru tampak rona putih, sedangkan atap sirap ronanya hitam.

b. Bentuk (shape)

Bentuk merupakan atribut yang jelas sehingga banyak objek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja. Seperti bentuk memanjang, lingkaran, dan segi empat. Contoh gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I,L,U atau berbentuk empat persegi panjang. Rumah sakit berbentuk empat persegi panjang

c. Ukuran (size)

Berupa jarak, luas, tinggi,lereng, dan volume., selalu berkaitan dengan skalanya. ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,kantor, atau industri. Contoh Rumah mukim pada umumnya lebih kecil bila dibandingkan dengan kantor atau pabrik.

d. Kekasaran (texture)

Tekstur adalah halus kasarnya objek pada citra, Contoh pengenalan objek berdasarkan tekstur.

  1. Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur halus
  2. tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang, dan tanaman pekarangan bertekstur kasar.
  3. permukaan air yang tenang bertekstur halus

e.  Pola (pattern)

Pola adalah hubungan susunan spasial objek. Pola merupakan ciri yang menandai objek bentukan manusia ataupun alamiah. pola aliran sungai sering menandai bagi struktur geologi dan jenis tanah. Misalnya, pola aliran trellis menandai struktur lipatan. kebun karet, kelapa sawit dan kebun kopi memiliki pola yang teratur sehingga dapat dibedakan dengan hutan.

f.  Bayangan (shadow)

Bayangan bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap. Bayangan dapat digunakan untuk objek yang memiliki ketinggian, seperti objek bangunan, patahan, menara.

Kaitan dengan lingkungan sekitarnya. tajuk pohon yang berbentuk bintang menunjukkan pohon palma, yang dapat berupa kelapa,kelapa sawit,enau,sagu, dipah dan jenis palma yang lain. Bila polanya menggerombol dan situsnya di air payau maka dimungkinkan adalah nipah.

f.  Asosiasi (korelasi)

Asosiasi menunjukkan komposisi sifat fisiognomi seragam dan tumbuh pada kondisi habita yang sama. Asosiasi juga berarti kedekatan erat suatu obyek dengan obyek lainnya. Contoh permukiman kita identik dengan adanya jaringan tarnsportasi jalan yang lebih kompleks dibanding permukiman pedesaan. Konvergensi bukti Dalam proses penafsiran citra penginderaan jauh sebaiknya digunakan unsure diagnostic citra sebanyak mungkin. Hal ini perlu dilakukan karena semakin banyak unsure diagnostic citra yang digunakan semakin menciut lingkupnya untuk sampai pada suatu kesimpulan suatu obyek tertentu. Konsep ini yang sering disebut konvergensi bukti. 

 

III.   PEMANFAATAN GOOGLE EARTH ENGINE (GEE)

Google Earth Engine (GEE) merupakan sebuat aplikasi open source yang bersifat cloud, sehingga sangat portable untuk digunakan dimana saja dan kapan saja selama masih ada signal internet disekitar kita. GEE berbasis bahasa phyton dalam bahasa programmingnya. Jadi untuk pemanfaatannya kalian harus paham dasar dari bahasa tersebut. GEE dilengkapai beberapa vendor satelit seperti Landsat Tm 7+, MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer), NASA-NEX, dan Sentinel 1. Dibawah ini merupakan tampilan utama dari aplikasi tersebut. 

 

Gambar : Tampilan Layout

Menu 1 (Pertama) :

Menu pertama disebut dengan Library karena berisi tentang script yang tersimpan, dokumen atau tutorial google serta file-file yang kita upload ke google earth engine dengan kapasitas 10 Gb. File yang kita simpan bisa berupa peta dalam bentuk shp atau gambar peta dari satelit.

Menu 2 (Kedua) :

Menu kedua disebut dengan tempat code yang akan dituliskan untuk mendapatkan peta atau informasi lain di google earth engine. Diatas saya menampilkan kawasan perkotaan Pangkalan Baru Kab. Bangka Tengah.

 Menu 3 (Tiga) :

Menu ketiga disebut tempat console, inspector, dan task.  Console nanti berisi table, grafik, atau gambar yang muncul sesuai permintaan yang kita tulis di bagian coding. Task merupakan prosessing google earth engine untuk upload, dan eksport gambar. Sedangkan inspector bisa kita gunakan untuk melihat nilai pada point yang kita pilih di area peta untuk melihat nilai – nilai yang tertera pada point tersebut. Misalnya nilai ndvi, nilai ndwi tergantung prossesing apa yang kita tuliskan di coding.

Menu 4 (Empat) :

Menu keempat disebut layouting tempat dimana gambar spasial akan muncul sesuia dengan code/syntax yang akan kita tulis dimenu code. Serta menampilkan visual yang akan kita analisis dengan menggunakan media penggindraan jauh/citra satelit dari beberapa vendor. Dimana hasil analisis yang telah saya lakukan sebagai berikut :

 Gambar diatas penggunaan lahan/landcover yang dilakukan dengan metode klasifikasi /classification dengan citra Landsat  Tm7+ yang telah ada pada aplikasi GEE tersebut.

 

Gambar diatas Citra Sentinel merupakan citra dengan resolusi tinggi dengan swath yang lebar, revisit di lokasi yang sama setiap 10 hari (bandingkan dengan Landsat yang 16 hari sekali) dan dapat digunakan untuk kajian-kajian monitoring tutupan lahan, termasuk vegetasi, tanah dan air, juga jaringan air dan area pantai. Sentinel-2 Multispectral Instrument (MSI) sampel 13 band spektral: 4 band (Band 2, Band 3, Band 4, and Band 8) dengan resolusi 10m (bandingkan dengan pankromatik Landsat 15m), enam band (Band 5, Band 6, Band 7, Band 8a, Band 11, and Band 12) dengan resolusi spasial 20 meter dan tiga band (Band 1, Band 9, and Band 10) dengan resolusi spasial 60m.

 

Daftar Pustaka

DigitalGlobe. 2007. ALOS Imagery Products (Product Guide). JAXA., Longmont.

ESRI. 1998. Spatial Analyst. Environmental System Research Institut (ESRI) Inc, RedlandsCalifornia.

Lilesand. T.M., W. Kiefer., Chipman, J.W. 2004. Remote Sensing and Image Interpretation (Fifth Edition). John Wiley & Sons, Inc., New York.

Lo, C.P. 1996. Penginderaan Jauh Terapan (Terjemahan). Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Mather, P.M. 1987. Computer Processing of Remotly Sensed Data. Jhon Willey& Sons, London.

Suharyadi. 2001. Penginderaan Jauh untuk Studi Kota. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sutanto. 1986. Penginderaan Jauh I. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

 

Penulis: 
Inchan Kurniawan Hanif, S.Kom., MT
Sumber: 
Dinas PUPRPRKP Prov. Kep. Bangka Belitung

Artikel

25/12/2021 | Inchan Kurniawan Hanif, S.Kom., MT
30/07/2020 | Inchan Kurniawan Hanif, S.Kom., MT
30/06/2020 | Inchan Kurniawan Hanif, S.Kom., MT
08/12/2020 | Inchan Kurniawan Hanif, S.Kom., MT
29/12/2020 | Inchan Kurniawan Hanif, S.Kom., MT